contoh makalah KISAH TELADAN RASUL ULUL AZMI
BAB I
PENDAHULUAN
I.
Latar
belakang masalah
Rukun iman
yang ke empat adalah Iman kepada rasul-rasul Allah SWT.
Rasul Adalah seseorang laki-laki yang diutus dan di
tugaskan Allah SWT untuk Menyampaikan ajaran Allah
SWT. Rasul-rasul Allah yang diceritakan dalam Al-Qur an sebanyak 25 orang.
Adapun yang tergolong rasul ulul azmi ada 5 rasul yang memiliki keteguhan
hati dan kesabaran yang luar biasa dalam menyampaikan dakwah. Salah satunya
adalah Nabi Nuh a.s.
Sekian
lamanya kaum Nuh a.s. menyembah berhala, mereka menjadi-kannya sebagai
sesembahan yang diharapkan darinya kebaikan dan memohon perlindungan kepadanya
dari segala kejahatan, menyerahkan segala urusan dalam kehidupan ini kepadanya.
Mereka berdo’a kepada berhala-berhala itu.
Oleh karena
itu Allah mengutus Nabi Nuh a.s., seorang yang jelas ucapan-nya, cerdas dan
lembut, Allah telah memberikan kekuatan kepadanya untuk berdebat dan kemampuan
mengemukakan argumentasi untuk mematahkan semua alasan yang disampaikan oleh
kaumnya.
Demikianlah
Nabi Nuh a.s. menyeru, memaparkan argumentasi dan bukti-bukti akan kebenaran
risalah yang disebarnya sehingga berimanlah kepadanya sebagian kecil dari
kaumnya. Dengan kesabarannya dalam berdakwah, Nabi Nuh a.s. diberi gelar ulul
azmi. Dan ulul azmi biasanya ditandai oleh mukjizat.
II. Tujuan penulisan
Tujuan
penyusunan makalah ini untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran
Akidah Akhlak, untuk mengetahui kisah para nabi Ulul Azmi, meneladani sifat
yang baik dan perilaku terpuji yang terdapat pada para nabi Ulul Azmi, menganalisi
kisah keteguhan Nabi-nabi Ulul Azmi dan dapat menceritakan kisah para rasul
Ulul Azmi.
III.
Rumusan masalah
1. Apa yang
dimaksud Ulul Azmi?
2. Apa saja
sifat-sifat Ulul Azmi?
3. Bagaiman
kisah para nabi yang diberi gelar Ulul Azmi?
4. Apa
perilaku, sikap, dan pelajaran yang dapat dipetik dari kisah para nabi
ulul azmi?
BAB II
PEMBAHASAN
I.
Pengertian
Ulul Azmi
Ulul Azmi
adalah gelar yang diberikan kepada para rasul yang memiliki kedudukan tinggi
atau istimewa yang diperoleh dari kesabaran dan ketabahan yang luar biasa saat
menyebarkan agama Allah SWT.
II. Dalil
Al-Qur’an
Q.S Asy-Syura: Ayat 13
۞ شَرَعَ لَكُمْ مِنَ الدِّينِ
مَا وَصَّىٰ بِهِ نُوحًا وَالَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا بِهِ إِبْرَاهِيمَ
وَمُوسَىٰ وَعِيسَىٰ ۖ أَنْ أَقِيمُوا الدِّينَ وَلَا تَتَفَرَّقُوا فِيهِ ۚ كَبُرَ
عَلَى الْمُشْرِكِينَ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَيْهِ ۚ اللَّهُ يَجْتَبِي إِلَيْهِ مَنْ
يَشَاءُ وَيَهْدِي إِلَيْهِ مَنْ يُنِيبُ
Artinya : Dia (Allah) telah
mensyariatkan kepadamu agama yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang
telah Kami wahyukan kepadamu (Muhammad) dan apa yang telah Kami wasiatkan
kepada Ibrahim, Musa dan Isa, yaitu tegakkanlah agama (keimanan dan ketaqwaan)
dan janganlah kamu berpecah-belah di dalamnya. Sangat berat bagi orang-orang
musyrik (untuk mengikuti) agama yang kamu serukan kepada mereka. Allah telah
memilih orang yang Dia kehendaki kepada agama tauhid dan memberi petunjuk
kepada (agama)-Nya bagi orang yang kembali (kepada-Nya).
III. Kisah-kisah Rasul Ulul Azmi
A. NABI
NUH ALAIHIS SALAM
Nabi Nuh
adalah nabi keempat sesudah Adam, Syith dan Idris dan keturunan kesembilan dari
Nabi Adam. Ayahnya adalah Lamik bin Metusyalih bin Idris.
DAKWAH NABI
NUH KEPADA KAUMNYA
Nabi Nuh
menerima wahyu kenabian dari Allah dalam masa "fatrah" masa
kekosongan di antara dua rasul di mana biasanya manusia secara beransur-ansur
melupakan ajaran agama yang dibawa oleh nabi yang meninggalkan mereka dan
kembali bersyirik meninggalkan amal kebajikan, melakukan kemungkaran dan
kemaksiatan di bawah pimpinan Iblis. Demikianlah maka kaum Nabi Nuh tidak luput
dari proses tersebut, sehingga ketika Nabi Nuh datang di tengah-tengah mereka,
mereka sedang menyembah berhala ialah patung-patung yang dibuat oleh
tangan-tangan mereka sendiri disembahnya sebagai tuhan-tuhan yang dapat membawa
kebaikan dan manfaat serta menolak segala kesengsaraan dan
kemalangan.berhala-berhala yang dipertuhankan dan menurut kepercayaan mereka
mempunyai kekuatan dan kekuasaan ghaib ke atas manusia itu diberinya nama-nama
yang silih berganti menurut kehendak dan selera kebodohan mereka.Kadang-kadang
mereka namakan berhala mereka " Wadd " dan "
Suwa " kadangkala " Yaguts " dan bila
sudah bosan digantinya dengan nama " Yatuq " dan "
Nasr ".
Nabi Nuh
berdakwah kepada kaumnya yang sudah jauh tersesat oleh iblis itu, mengajak
mereka meninggalkan syirik dan penyembahan berhala dan kembali kepada tauhid
menyembah Allah Tuhan sekalian alam melakukan ajaran-ajaran agama yang
diwahyukan kepadanya serta meninggalkan kemungkaran dan kemaksiatan yang
diajarkan oleh Syaitan dan Iblis. Nabi Nuh menarik perhatian kaumnya agar
melihat alam semesta yang diciptakan oleh Allah berupa langit dengan matahari,
bulan dan bintang-bintang yang menghiasinya, bumi dengan kekayaan yang ada di
atas dan di bawahnya, berupa tumbuh-tumbuhan dan air yang mengalir yang memberi
kenikmatan hidup kepada manusia, pengantian malam menjadi siang dan sebaliknya
yang kesemua itu menjadi bukti dan tanda nyata akan adanya keesaan Tuhan yang
harus disembah dan bukan berhala-berhala yang mereka buat dengan tangan mereka
sendiri. Di samping itu Nabi Nuh juga memberitakan kepada mereka bahwa akan ada
gajaran yang akan diterima oleh manusia atas segala amalannya di dunia yaitu suurga
bagi amalan kebajikan dan neraka bagi segala pelanggaran terhadap perintah
agama yang berupa kemungkaran dan kemaksiatan.
Nabi Nuh
yang dikurniakan Allah dengan sifat-sifat yang patut dimiliki oleh seorang
nabi, fasih dan tegas dalam kata-katanya, bijaksana dan sabar dalam tindakannya
melaksanakan tugas risalahnya kepada kaumnya dengan penuh kesabaran dan
kebijaksanaan dengan cara yang lemah lembut mengetuk hati nurani mereka dan
kadang kala dengan kata-kata yang tajam dan nada yang kasar bila menghadapi
pembesar-pembesar kaumnya yang keras kepala yang enggan menerima hujjah dan
dalil-dalil yang dikemukakan kepada mereka yang tidak dapat mereka membantahnya
atau mematahkannya. Akan tetapi walaupun Nabi Nuh telah berusaha sekuat
tanaganya berdakwah kepda kaumnya dengan segala kebijaksanaan, kecakapan dan
kesabaran dalam setiap kesempatan, siang maupun malam dengan cara
berbisik-bisik atau cara terang dan terbuka ternyata hanya sedikit sekali dari
kaumnya yang dapat menerima dakwahnya dan mengikuti ajakannya, yang menurut
riwayat tidak melebihi bilangan seratus orang Mereka pun terdiri dari
orang-orang yang miskin berkedudukan sosial lemah.
Mereka
berkata kepada Nabi Nuh:"Bukankah engkau hanya seorang dari pada kami dan
tidak berbeda dari pada kami sebagai manusia biasa. Jikalau betul Allah akan
mengutuskan seorang rasul yang membawa perintah-Nya, niscaya Ia akan
mengutuskan seorang malaikat yang patut kami dengarkan kata-katanya dan kami
ikuti ajakannya dan bukan manusia biasa seperti engkau hanya dpt diikuti
orang-orang rendah kedudukan sosialnya seperti para buruh petani orang-orang
yang tidak berpenghasilan yang bagi kami mereka seperti sampah
masyarakat.Pengikut-pengikutmu itu adalah orang-orang yang tidak mempunyai daya
fikiran dan ketajaman otak, mereka mengikutimu secara buta tuli tanpa
memikirkan dan menimbangkan masak-masak benar atau tidaknya dakwah dan ajakanmu
itu. Coba agama yang engkau bawa dan ajaran -ajaran yang engkau berikan kepada
kami itu betul-betul benar, niscaya kamilah yang dulu mengikutimu. kami sebagai
pemuka-pemuka masyarakat yang pandai berfikir, memiliki kecerdasan otak dan
pandangan yang luas dan orang terpandang, tidaklah mudah kami menerima ajakanmu
dan dakwahmu. Engkau tidak mempunyai kelebihan di atas kami tentang soal-soal kemasyarakatan
dan pergaulan hidup. kami jauh lebih pandai dan lebih mengetahui daripada kamu
tentang hal itu semuanya. Anggapan kami terhadapmu, tidak lain bahwa engkau
adalah pendusta belaka".
Nuh menjawab
olok-olokan kaumnya:"Apakah engkau mengira bahwa aku dapat memaksa kamu
mengikuti ajaranku atau mengira bahwa aku mempunyai kekuasaan untuk menjadikan
kamu orang-orang yang beriman jika kamu tetap menolak ajakanku dan tetap
membuta-tuli terhadap bukti-bukti kebenaran dakwahku dan tetap mempertahakan pendirianmu
yang tersesat yang disebabkan oleh kesombongan karena kedudukan dan harta-benda
yang kamu miliki. Jika kamu tetap berkeras kepala dan tidak mau kembali ke
jalan yang benar dan menerima agama Allah yang diutuskan-nya kepadaku maka
terserahlah kepada Allah untuk menentukan hukuman-nya dan gajaran-nya kepada
dirimu. Aku hanya pesuruh dan rasul-nya yang diperintahkan untuk menyampaikan
amanat-nya kepada hamba-hamba-nya. Dialah yang berkuasa memberi hidayah
kepadamu dan mengampuni dosamu atau menurunkan azab dan siksaan-nya di atas
kamu sekalian di dunia atau menangguhkannya sampai hari kemudian. Dialah tuhan
pencipta alam semesta ini, Maha Kuasa ,Maha Mengetahui, maha pengasih dan Maha
Penyayang".
Kaum Nuh
mengemukakan syarat dengan berkata:"Wahai Nuh! Jika engkau menghendaki
kami mengikutimu dan memberi semangat kepada kamu dan kepada agama yang engkau
bawa, maka jauhkanlah para pengikutmu yang terdiri dari orang-orang petani,
buruh dan hamaba-hamba sahaya itu. Usirlah mereka dari pengaulanmu karena kami
tidak dapat bergaul dengan mereka duduk berdampingan dengan mereka mengikut
cara hidup mereka dan bergabung dengan mereka dalam suatu agama dan
kepercayaan. Dan bagaimana kami dapat menerima satu agama yang menyamaratakan
para bangsawan dengan orang awam, penguasa dan pembesar dengan buruh-buruhnya
dan orang kaya yang berkedudukan dengan orang yang miskin." Nabi Nuh
menolak pensyaratan kaumnya dan berkata:"Risalah dan agama yang aku bawa
adalah untuk semua orang tiada pengecualian, yang pandai maupun yang bodoh,
yang kaya maupun miskin, majikan ataupun buruh ,diantara peguasa dan rakyat
biasa semuanya mempunyai kedudukan dan tempat yang sama dihadapan agama dan
hukum Allah. Andaikan aku memenuhi persyaratan kamu dan meluluskan keinginanmu
menyingkirkan para pengikutku yang setia itu, maka siapakah yang dapat ku
harapkan akan meneruskan dakwahku kepada orang ramai dan bagaimana aku sampai
hati menjauhkan dariku orang-orang yang telah beriman dan menerima dakwahku
dengan penuh keyakinan dan keikhlasan disaat kamu menolaknya serta
mengingkarinya, orang-orang yang telah membantuku dalam tugasku ketika kamu
menghalangi dakwahku.
NABI NUH
BERPUTUS ASA DARI KAUMNYA
Nabi Nuh
berada di tengah-tengah kaumnya selama sembilan ratus lima puluh tahun
berdakwah menyampaikan risalah Allah, mengajak mereka meninggalkan penyembahan
berhala dan kembali menyembah dan beribadah kepada Allah yang maha kuasa
memimpin mereka keluar dari jalan yang sesat dan gelap ke jalan yang benar dan
terang, mengajar mereka hukum-hukum syariat dan agama yang diwahyukan oleh
Allah kepadanya, mengangkat derajat manusia yang tertindas dan lemah ke tingkat
yang sesuai dengan fitrah dan qudratnya dan berusaha menghilangkan sifat-sifat
sombong yang melekat pada para pembesar kaumnya dan medidik agar mereka
berkasih sayang, tolong-menolong diantara sesama manusia. Harapan Nabi Nuh akan
kesadaran kaumnya ternyata makin hari makin berkurangan dan bahwa sinar iman
dan takwa tidak akan menebus ke dalam hati mereka yang telah tertutup rapat
oleh ajaran dan bisikan Iblis.
Ia memohon
kepada Allah agar menurunkan azab-nya kepada kaumnya seraya berseru:
"Ya
Allah! Janganlah Engkau biarkan seorang pun daripada orang-orang kafir itu
hidup dan tinggal di atas bumi ini. Mareka akan berusaha menyesatkan
hamba-hamba-Mu, jika Engkau biarkan mereka tinggal dan mereka tidak akan
melahirkan dan menurunkan selain anak-anak yang berbuat maksiat dan anak-anak
yang kafir seperti mereka."
Doa Nabi Nuh
dikalbulkan oleh Allah dan permohonannya diluluskan dan tidak perlu lagi
menghiraukan dan mempersoalkan kaumnya, karena mereka itu akan menerima hukuman
Allah dengan mati tenggelam.
NABI NUH
MEMBUAT KAPAL
Setelah
menerima perintah Allah untuk membuat sebuah kapal, segeralah Nabi Nuh
mengumpulkan para pengikutnya dan mulai mengumpulkan bahan yang diperlukan
untuk maksud tersebut, kemudian dengan menentukan tempat agak jauh dari kota
dan keramaiannya mereka tekun bekerja siang dan malam menyelesaikan pembuatan
kapal yang diperintahkan itu. Walaupun Nabi Nuh telah menjauhi kota dan masyarakatnya,
agar dapat bekerja dengan tenang tanpa gangguan bagi menyelesaikan pembuatan
kapalnya namun ia tidak luput dari ejekan dan cemuhan kaumnya yang kebetulan
atau sengaja melalui tempat kerja membuat kapal itu. Mereka mengejek dengan
mengatakan:"Wahai Nuh! Sejak bila engkau telah menjadi tukang kayu dan
pembuat kapal? Bukankah engkau seorang nabi dan rasul menurut pengakuanmu,
kenapa sekarang menjadi seorang tukang kayu dan pembuat kapal. Dan kapal yang
engkau buat itu di tempat yang jauh dari air ini adalah maksudmu untuk ditarik
oleh kerbau ataukah mengharapkan angin yang akan menarik kapalmu ke
laut?". Dan lain-lain kata ejekan yang diterima oleh Nabi Nuh dengan sikap
dingin dan tersenyum seraya menjawab:"Baiklah tunggu saja saatnya nanti,
jika kamu sekarang mengejek dan mengolok-olok kami maka akan tibalah masanya
kelak bagi kami untuk mengejek kamu dan akan kamu ketahui kelak untuk apa kapal
yang kami siapkan ini. Tunggulah saatnya azab dan hukuman Allah menimpa atas
diri kamu". Setelah selesai pekerjaan pembuatan kapal yang merupakan alat
pengangkutan laut pertama di dunia, Nabi Nuh menerima wahyu dari Allah:"Siap-siaplah
engkau dengan kapalmu, bila tiba perintah-Ku dan terlihat tanda-tanda drp-Ku
maka segeralah angkut bersamamu di dalam kapalmu dan kerabatmu dan bawalah dua
pasang dari setiap jenis makhluk yang ada di atas bumi dan belayarlah dengan
izin-Ku". Kemudian tercurahlah dari langit dan memancur dari bumi
air yang deras dan dahsyat yang dalam sekelip mata telah menjadi banjir besar
melanda seluruh kota dan desa menggenangi daratan yang rendah maupun yang
tinggi sampai mencapai puncak bukit-bukit sehingga tiada tempat berlindung dari
air yang dahsyat itu kecuali kapal Nabi Nuh yang telah terisi penuh dengan para
orang mukmin dan pasangan makhluk yang diselamatkan oleh Nabi Nuh atas perintah
Allah.
Tatkala Nabi
Nuh berada di atas geladak kapal memperhatikan cuaca dan melihat-lihat
orang-orang kafir dari kaumnya sedang bergelimpangan di atas permukaan air,
tiba-tiba terlihatlah tubuh putra sulungnya yang bernama "Kan'an"
timbul tenggelam dipermainkan oleh gelombang yang tidak menaruh belas kasihan
kepada orang-orang yang sedang menerima hukuman Allah itu. Pada saat itu tanpa
disadari, timbullah rasa cinta dan kasih sayang seorang ayah terhadap putra
kandungnya yang berada dalam keadaan cemas menghadapi maut ditelan gelombang.
Nabi Nuh secara spontan terdorong oleh suara hati kecilnya berteriak dengan
sekuat suaranya memanggil puteranya:”Wahai anakku! Datanglah kemari dan
gabungkan dirimu bersama keluargamu. Bertaubatlah engkau dan berimanlah kepada
Allah agar engkau selamat dan terhindar dari bahaya maut yaitu hukuman Allah.
Kan'an, putra Nabi Nuh, yang tersesat dan telah terkena racun rayuan syaitan
dan hasutan kaumnya yang sombong dan keras kepala itu menolak dengan keras
ajakan dan panggilan ayahnya yang menyayanginya dengan kata-kata yang
menentang: "Biarkanlah aku dan pergilah, jauhilah aku, aku tidak sudi
berlindung di atas geladak kapalmu, aku dapat menyelamatkan diriku sendiri
dengan berlindung di atas bukit yang tidak akan dijangkau oleh air banjir
ini".
Nuh
menjawab:"Percayalah bahawa tempat satu-satunya yang dapat menyelamatkan
engkau ialah bergabung dengan kami di atas kapal ini. Tidak akan ada yang dapat
melepaskan diri dari hukuman Allah yang telah ditimpakan ini kecuali
orang-orang yang memperolehi rahmat dan ampunan-Nya." Setelah Nabi Nuh
mengucapkan kata-katanya tenggelamlah Kan'aan disambar gelombang yang ganas dan
lenyaplah ia dari pandangan mata ayahnya, tergelincirlah ke bawah lautan air
mengikut kawan-kawannya dan pembesar-pembesar kaumnya yang durhaka itu. Nabi
Nuh bersedih hati dan berdukacita atas kematian puteranya dalam keadaan kafir
tidak beriman dan belum mengenal Allah. Beliau berkeluh-kesah dan berseru
kepada Allah:"Ya Tuhanku, sesungguhnya puteraku itu adalah darah dagingku
dan adalah bagian dari keluargaku dan sesungguhnya janji-Mu adalah janji benar
dan Engkaulah Maha Hakim yang Maha Berkuasa."Kepadanya Allah
berfirman:"Wahai Nuh! Sesungguhnya dia puteramu itu tidaklah termasuk
keluargamu, karena ia telah menyimpang dari ajaranmu, melanggar perintahmu
menolak dakwahmu dan mengikuti jejak orang-orang yang kafir daripada kaummu.
Coretlah namanya dari daftar keluargamu. Hanya mereka yang telah menerima
dakwahmu mengikuti jalanmu dan beriman kepada-ku dapat engkau masukkan dan
golongkan ke dalam barisan keluargamu yang telah Aku janjikan perlindungannya
dan terjamin keselamatan jiwanya. Adapun orang-orang yang mengingkari risalah
mu, mendustakan dakwahmu dan telah mengikuti hawa nafsunya dan tuntutan Iblis,
pastilah mereka akan binasa menjalani hukuman yang telah Aku tentukan walau
mereka berada dipuncak gunung. Maka janganlah engkau sesekali menanyakan
tentang sesuatu yang engkau belum ketahui. Aku ingatkan janganlah engkau sampai
tergolong ke dalam golongan orang-orang yang bodoh."
Nabi Nuh
sadar segera setelah menerima teguran dari Allah bahwa cinta kasih sayangnya
kepada anaknya telah menjadikan ia lupa akan janji dan ancaman Allah terhadap
orang-orang kafir termasuk puteranya sendiri. Ia sadar bahwa ia tersesat pada
saat ia memanggil puteranya untuk menyelamatkannya dari bencana banjir yang
didorong oleh perasaan naluri darah yang menghubungkannya dengan puteranya
padahal sepatutnya cinta dan taat kepada Allah harus mendahului cinta kepada
keluarga dan harta benda. Ia sangat menyesal atas kelalaian itu dan menghadap
kepada Allah memohon ampun dengan berseru:"Ya Tuhanku aku berlindung
kepada-Mu dari godaan syaitan yang terlaknat, ampunilah kelalaian dan kealpaanku
sehingga aku menanyakan sesuatu yang aku tidak mengetahuinya.
B. NABI
IBRAHIM ALAIHIS SALAM
Nabi Ibrahim
adalah putera Aaazar {Tarih} bin Tahur bin Saruj bin Rau' bin Falij bin Aaabir
bin Syalih bin Arfakhsyad bin Saam bin Nuh A.S.Ia dilahirkan di sebuah tempat
bernama "Faddam A'ram" dalam kerajaan "Babylon" yang pada
waktu itu diperintah oleh seorang raja bernama "Namrud bin Kan'an."
Kerajaan Babylon pd masa itu termasuk kerajaan yang makmur rakyat hidup senang,
sejahtera dalam keadaan serba cukup sandang serta sarana-sarana yang menjadi
keperluan pertumbuhan jasmani mereka. Akan tetapi tingkatan hidup rohani mereka
masih berada di tingkat jahiliyah.
Di
tengah-tengah masyarakat yang sedemikian buruknya lahir dan dibesarkanlah Nabi
Ibrahim dari seorang ayah yang bekerja sebagai pemahat dan pedagang patung. Ia
sebagai calon Rasul dan pesuruh Allah yang akan membawa pelita kebenaran kepada
kaumnya, yang telah diberikan akal sehat dan fikiran tajam serta kesadaran
bahwa apa yang telah diperbuat oleh kaumnya termasuk ayahnya sendiri adalah
perbuat yang sesat yang menandakan kebodohan dan persembahan kaumnya kepada
patung-patung itu adalah perbuatan mungkar yang harus diberantas dan diperangi
agar mereka kembali kepada persembahan yang benar ialah persembahan kepada Tuhan
Yang Maha Esa, Tuhan pencipta alam semesta ini.
NABI IBRAHIM
INGIN MELIHAT BAGAIMANA MAKHLUK YANG SUDAH MATI DIHIDUPKAN KEMBALI OLEH ALLAH
Nabi Ibrahim
yang sudah berketetapan hati hendak memerangi syirik dan persembahan berhala
yang berlaku dalam masyarakat kaumnya ingin lebih dahulu mempertebalkan iman
dan keyakinannya, menenteramkan hatinya serta membersihkannya dari
keragu-raguan yang mungkin esekali mangganggu fikirannya dengan memohon kepada
Allah agar diperlihatkan kepadanya bagaimana Dia menghidupkan kembali
makhluk-makhluk yang sudah mati. Berserulah ia kepada Allah: " Ya
Tuhanku! Tunjukkanlah kepadaku bagaimana engkau menghidupkan makhluk-makhluk
yang sudah mati."Allah menjawab seruannya dengan berfirman: Tidakkah
engkau beriman dan percaya kepada kekuasaan-Ku? "Nabi Ibrahim
menjawab:" Betul, wahai Tuhanku, aku telah beriman dan percaya kepada-Mu
dan kepada kekuasaan-Mu, namun aku ingin sekali melihat itu dengan mata kepala
ku sendiri, agar aku mendapat ketenteraman dan ketenangan dan hatiku dan agar
makin menjadi tebal dan kukuh keyakinanku kepada-Mu dan kepada
kekuasaan-Mu."
Allah
memperkenankan permohonan Nabi Ibrahim lalu diperintahkanlah ia menangkap empat
ekor burung lalu setelah memperhatikan dan meneliti bahagian tubuh-tubuh burung
itu, memotongnya menjadi berkeping-keping mencampur-baurkan kemudian tubuh
burung yang sudah hancur dan bercampur-baur itu diletakkan di atas puncak
setiap bukit dari empat bukit yang letaknya berjauhan satu dari yang lain.
Setelah dikerjakan apa yang telah diisyaratkan oleh Allah itu, diperintahkannya
Nabi Ibrahim memanggil burung-burung yang sudah terkoyak-koyak tubuhnya dan
terpisah jauh tiap-tiap bahagian tubuh burung dari bahagian yang lain. Dengan
izin Allah dan kuasa-Nya datanglah berterbangan enpat ekor burung itu dalam
keadaan utuh bernyawa seperti sedia kala begitu mendengar seruan dan panggilan
Nabi Ibrahim kepadanya lalu hinggaplah empat burung yang hidup kembali itu di
depannya, dilihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana Allah yang Maha kuasa
dapat menghidupkan kembali makhluk-Nya yang sudah mati sebagaimana Dia
menciptakannya dari sesuatu yang tidak ada. Dan dengan demikian tercapailah apa
yang diinginkan oleh Nabi Ibrahim untuk mententeramkan hatinya dan
menghilangkan kemungkinan ada keraguan di dalam iman dan keyakinannya, bahwa
kekuasaan dan kehendak Allah tidak ada sesuatu pun di langit atau di bumi yang
dpt menghalangi atau menentangnya dan hanya kata "Kun" yang
difirmankan Oleh-Nya maka terjadilah akan apa yang dikenhendaki "
Fayakun".
NABI IBRAHIM BERDAKWAH KEPADA AYAH
KANDUNGNYA
Ayah Nabi
Ibrahim, tidak terkecuali sebagaimana kaumnya yang lain, bertuhan dan menyembah
berhala bahkan ia adalah pedagang dari patung-patung yang dibuat dan dipahatnya
sendiri dan daripadanya orang membeli patung-patung yang dijadikan persembahan.
Dengan sikap yang sopan dan adab yang patut ditunjukkan oleh seorang anak
terhadap orang tuanya dan dengan kata-kata yang halus ia datang kepada ayahnya
menyampaikan bahwa ia diutuskan oleh Allah sebagai nabi dan rasul dan bahawa ia
telah diilhamkan dengan pengetahuan dan ilmu yang tidak dimiliki oleh ayahnya.
Ia bertanya kepada ayahnya dengan lemah lembut apakah yang mendorongnya untuk
menyembah berhala seperti lain-lain kaumnya padahal ia mengetahui bahwa berhala-berhala
itu tidak berguna sedikit pun tidak dapat mendatangkan keuntungan bagi
penyembahnya atau mencegah kerugian atau musibah. Diterangkan pula kepada
ayahnya bahwa penyembahan kepada berhala-berhala itu adalah semata-mata ajaran
syaitan yang memang menjadi musuh kepada manusia sejak Adam diturunkan ke bumi
lagi. Ia berseru kepada ayahnya agar merenungkan dan memikirkan nasihat dan
ajakannya berpaling dari berhala-berhala dan kembali menyembah kepada Allah
yang menciptakan manusia dan semua makhluk yang dihidupkan memberi mereka
rezeki dan kenikmatan hidup serta menguasakan bumi dengan segala isinya kepada
manusia.
Menjadi
merah muka ayahnya dan ia marah dan berkata-kata yang kasar dan memaki
seakan-akan tidak ada hubungan diantara mereka. Ia berkata kepada Nabi Ibrahim
dengan nada gusar: " Hai Ibrahim! Berpalingkah engkau dari kepercayaan dan
persembahanku ? Dan kepercayaan apakah yang engkau berikan kepadaku yang
menganjurkan agar aku mengikutinya? Janganlah engkau membangkitkan amarahku dan
cuba mendurhakaiku. Jika engkau tidak menghentikan penyelewenganmu dari agama
ayahmu tidak engkau hentikan usahamu mengecam dan memburuk-burukkan
persembahanku, maka keluarlah engkau dari rumahku ini. Aku tidak sudi bercampur
denganmu didalam suatu rumah di satu atap denganmu. Pergilah engkau dari mukaku
sebelum aku menimpamu dengan batu dan mencelakakan engkau." Nabi Ibrahim
menerima kemarahan ayahnya, pengusirannya dan kata-kata kasarnya dengan sikap
tenang, normal selaku anak terhadap ayah seraya berkata: " Oh ayahku!
Semoga engkau selamat, aku akan tetap memohonkan ampun bagimu dari Allah dan
akan tinggalkan kamu dengan persembahan selain kepada Allah. Mudah-mudahan aku
tidak menjadi orang yang celaka dan malang dengan doaku untukmu". Lalu
keluarlah Nabi Ibrahim meninggalkan rumah ayahnya dalam keadaan sedih dan
prihatin karena tidak berhasil mengangkatkan ayahnya dari lembah syirik dan
kufur.
NABI IBRAHIM
MENGHANCURKAN BERHALA-BERHALA
Penolakan
ayahnya terhadap dakwahnya dengan cara yang kasar dan kejam itu tidak sedikit
pun mempengaruhi ketetapan hatinya dan melemahkan semangatnya untuk berjalan
terus memberi penerangan kepada kaumnya untuk menyapu bersih
persembahan-persembahan yang bathil dan kepercayaan-kepercayaan yang
bertentangan dengan tauhid dan iman kepada Allah dan Rasul-Nya. Nabi Ibrahim
tidak henti-henti dalam setiap kesempatan mengajak kaumnya berdialog dan bermujadalah
tentang kepercayaan yang mereka anut dan ajaran yang ia bawa. Nabi Ibrahim
kemudian merancang akan membuktikan kepada kaumnya dengan perbuatan yang nyata
yang dapat mereka lihat dengan mata kepala mereka sendiri bahwa berhala-berhala
dan patung-patung mereka betul-betul tidak berguna bagi mereka dan bahkan tidak
dapat menyelamatkan dirinya sendiri. Sudah menjadi tradisi dan kebiasaan
penduduk kerajaan Babylon bahwa setiap tahun mereka keluar kota beramai-ramai
pada suatu hari raya yang mereka anggap sebagai keramat. Berhari-hari mereka
tinggal di luar kota di suatu padang terbuka, berkemah dengan membawa bekalan
makanan dan minuman yang cukup.
"
Inilah dia kesempatan yang ku nantikan", kata hati Nabi Ibrahim tatkala
melihat kota sudah kosong dari penduduknya, sunyi senyap tidak terdengar
kecuali suara burung-burung yang berkicau, suara daun-daun pohon yang gemerisik
ditiup angin kencang. Dengan membawa sebuah kapak ditangannya ia pergi menuju
tempat beribadatan kaumnya yang sudah ditinggalkan tanpa penjaga, tanpa juru
kunci dan hanya deretan patung-patung yang terlihat diserambi tempat
peribadatan itu. Kemudian disepak, ditamparlah patung-patung itu dan
dihancurkannya berpotong-potong dengan kapak yang berada di tangannya. Patung
yang besar ditinggalkannya utuh, tidak diganggu yang pada lehernya
dikalungkanlah kapak Nabi Ibrahim itu. Terperanjat dan terkejutlah para
penduduk, tatkala pulang dari luar kota dan melihat keadaan patung-patung,
tuhan-tuhan mrk hancur berantakan dan menjadi potongan-potongan terserak-serak
di atas lantai. Bertanyalah satu kepada yang lain dengan nada heran dan takjub:
"Gerangan siapakah yang telah berani melakukan perbuatan yang jahat dan
keji ini terhadap tuhan-tuhan persembahan mereka ini?" Berkata salah
seorang diantara mereka:" Ada kemungkinan bahwa orang yang selalu
mengolok-olok dan mengejek persembahan kami yang bernama Ibrahim itulah yang
melakukan perbuatan yang berani ini." Seorang yang lain menambah
keterangan dengan berkata:" Bahkan dialah yang pasti berbuat, karena ia
adalah satu-satunya orang yang tinggal di kota sewaktu kami semua berada di
luar merayakan hari suci dan keramat itu". Setelah diselidiki, akhirnya
terdpt kepastian yang tidak diragukan lagi bahwa Ibrahim-lah yang merusakkan
dan memusnahkan patung-patung itu.
Ketika Nabi
Ibrahim datang menghadap para hakim yang akan mengadili ia disambut oleh para
hadirin dengan teriakan cercaan. Ditanyalah Nabi Ibrahim oleh para hakim:"Apakah
engkau yang melakukan penghancuran dan merusakkan tuhan-tuhan kami?" Dengan
tenang dan sikap dingin, Nabi Ibrahim menjawab:" Patung besar yang
berkalungkan kapak di lehernya itulah yang melakukannya. Cuba tanya saja kepada
patung-patung itu siapakah yang menghancurkannya." Para hakim
penanya terdiam sejenak seraya melihat yang satu kepada yang lain dan
berbisik-bisik, seakan-akan Ibrahim yang mengandungi ejekan itu. Kemudian
berkata si hakim:" Engkaukan tahu bahwa patung-patung itu tidak dapat
bercakap dan berkata mengapa engkau minta kami bertanya kepadanya?" Berkata
Nabi Ibrahim kepada para hakim itu:" Jika demikian halnya, mengapa kamu
sembah patung-patung itu, yang tidak dapat berkata, tidak dapat melihat dan
tidak dapat mendengar, tidak dapat membawa manfaat atau menolak mudharat,
bahkan tidak dapat menolong dirinya dari kehancuran dan kebinasaan? Alangkah
bodohnya kamu dengan kepercayaan dan persembahan kamu itu! Tidakkah dapat kamu
berfikir dengan akal yang sehat bahwa persembahan kamu adalah perbuatan yang
keliru yang hanya sukai oleh syaitan. Mengapa kamu tidak menyembah Tuhan yang
menciptakan kamu, menciptakan alam sekeliling kamu dan menguasakan kamu di atas
bumi dengan segala isi dan kekayaan. Alangkah hina dinanya kamu dengan
persembahan kamu itu." Setelah selesai Nabi Ibrahim menguraikan
pidatonya, para hakim mencetuskan keputusan bahawa Nabi Ibrahim harus dibakar
hidup-hidup sebagai ganjaran atas perbuatannya menghina dan menghancurkan
tuhan-tuhan mereka, maka berserulah para hakim kepada rakyat yang hadir
menyaksikan pengadilan itu:" Bakarlah ia dan belalah tuhan-tuhanmu ,
jika kamu benar-benar setia kepadanya".
NABI IBRAHIM
DIBAKAR HIDUP-HIDUP
Keputusan
mahkamah telah dijatuhkan. Nabi Ibrahim harus dihukum dengan membakar
hidup-hidup dalam api yang besar sebesar dosa yang telah dilakukan. Persiapan
bagi upacara pembakaran yang akan disaksikan oleh seluruh rakyat sedang
diaturkan. Tanah lapang bagi tempat pembakaran disediakan dan diadakan
pengumpulan kayu bakar dengan banyaknya dimana tiap penduduk secara
gotong-royong. Kemudian dalam keadaan terbelenggu, Nabi Ibrahim didatangkan dan
dari atas sebuah gedung yang tinggi dilemparkanlah ia kedalam tumpukan kayu
yang menyala-nyala itu dengan iringan firman Allah:" Hai api,
menjadilah engkau dingin dan keselamatan bagi Ibrahim".
Dan memang
demikianlah apa yang terjadi tatkala ia berada dalam api yang dahsyat itu ia
merasa dingin sesuai dengan seruan Allah Pelindungnya dan hanya tali temali dan
rantai yang mengikat tangan dan kakinya yang terbakar hangus, sedang tubuh dan
pakaian yang terlekat pada tubuhnya tetap utuh, tidak sedikit pun tersentuh
oleh api, hal mana merupakan suatu mukjizat yang diberikan oleh Allah kepada
hamba pilihannya, Nabi Ibrahim, agar dapat melanjutkan penyampaian risalah yang
ditugaskan kepadanya kepada hamba-hamba Allah yang tersesat itu. Para penonton
upacara pembakaran heran tercengang tatkala melihat Nabi Ibrahim keluar dari
bukit api yang sudah padam dan menjadi abu itu dalam keadaan selamat, utuh
dengan pakaiannya yang tetap berda seperti biasa, tidak ada tanda-tanda
sentuhan api sedikit pun. Mereka bersurai meninggalkan lapangan dalam keadaan
hairan seraya bertanya-tanya pada diri sendiri dan di antara satu sama lain
bagaimana hal yang ajaib itu berlaku, padahal menurut anggapan mereka dosa Nabi
Ibrahim sudah nyata mendurhakai tuhan-tuhan yang mereka puja dan sembah. Ada
sebahagian daripada mereka yang dalam hati kecilnya mulai meragui kebenaran
agama mereka namun tidak berani melahirkan rasa ragu-ragunya itu kepada orang
lain, sedang para pemuka dan para pemimpin mereka merasa kecewa dan malu,
karena hukuman yang mereka jatuhkan ke atas diri Nabi Ibrahim dan kesibukan
rakyat mengumpulkan kayu bakar selama berminggu-minggu telah berakhir dengan
kegagalan, sehingga mereka merasa malu kepada Nabi Ibrahim dan para
pengikutnya.
Mukjizat
yang diberikan oleh Allah s.w.t. kepada Nabi Ibrahim sebagai bukti nyata akan
kebenaran dakwahnya, telah menimbulkan kegoncangan dalam kepercayaan sebahagian
penduduk terhadap persembahan dan patung-patung mrk dan membuka mata hati
banyak daripada mereka untuk memikirkan kembali ajakan Nabi Ibrahim dan
dakwahnya, bahkan tidak kurang drp mrk yang ingin menyatakan imannya kepada
Nabi Ibrahim, namun khawatir akan mendapat kesukaran dalam penghidupannya
akibat kemarahan dan balas dendam para pemuka dan para pembesarnya yang mungkin
akan menjadi hilang akal bila merasakan bahwa pengaruhnya telah bealih ke pihak
Nabi Ibrahim.
C. NABI MUSA
ALAIHIS SALAM
Nabi Musa
a.s. merupakan seorang nabi yang telah menerima Kitab Taurat.
KELAHIRAN NABI
MUSA
Nabi Musa
diutuskan oleh Allah bagi memimpin Kaum Israel ke jalan yang benar. Beliau
merupakan anak kepada Imran dan Yukabad binti Qahat, (Musa bin Imran bin Kohath
bin Lewi bin Yakqub bin Ishaq bin Ibrahim), bersaudara (adik-beradik mengikut
sesetengah periwayatan) dengan Nabi Harun, dilahirkan di Mesir pada
pemerintahan Firaun.
FIRAUN
DENGAN MIMPINYA
Waktu
kelahirannya cukup cemas kerana Firaun memberikan undang-undang supaya setiap
bayi lelaki yang dilahirkan harus dibunuh. Tindakan itu diambil kerana dia
sudah terpengaruh dengan ahli nujum yang menafsirkan mimpinya. Firaun bermimpi
Mesir terbakar dan penduduknya mati, melainkan kalangan Kaum Israel, sedangkan
ahli nujum mengatakan kuasa negara itu akan jatuh ke tangan lelaki Kaum Israel.
Disebabkan khawatir, dia memerintahkan setiap rumah digeledah dan jika
mendapati bayi lelaki perlu dibunuh.
Ibu Nabi
Musa, Yukabad melahirkan seorang bayi lelaki (Musa) dan kelahiran itu
dirahasiakan. Kerana merasa bimbang dengan keselamatan Musa, apabila musa menginjak
umur tiga bulan Musa dihanyutkan ke Sungai Nil. Musa yang terapung di sungai
itu ditemui isteri Firaun, Asiah sendiri ketika sedang mandi dan tanpa
berlengah dibawanya ke istana. Melihat isterinya membawa seorang bayi, Firaun
dengan tidak teragak-agak menghunuskan pedang untuk membunuh Musa. Asiah
berkata: “Janganlah dibunuh anak ini kerana aku menyayanginya. Sebaiknya kita
menjadikannya seperti anak sendiri kerana aku tidak mempunyai anak”. Dengan
kata-kata dari Asiah tersebut, Firaun tidak sampai hati untuk membunuh Musa.
MUKJIZAT
NABI MUSA SAAT MENGHADAPI FIRAUN
Kisah
pertempuran di antara mukjizat Nabi Musa dengan sihir dari tukang sihir firaun
bermula disebabkan oleh satu peristiwa di mana pada satu ketika semasa Musa
berkeliling di sekitar kota dan kemudian beliau melihat dua lelaki sedang
berkelahi, masing-masing di kalangan Bani Israel bernama Samiri dan bangsa
Firaun, Fatun. Melihatkan pergaduhan itu Musa mau mententeramkan mereka, tetapi
ditepis Fatun. Tanpa berlengah Musa terus menghayunkan satu penumbuk ke atas
Fatun, lalu tersungkur dan meninggal dunia. Ketika mendapati lelaki itu
meninggal dunia kerana tindakannya, Musa memohon ampun kepada Allah seperti
dinyatakan dalam al-Quran: “Musa berdoa: Wahai Tuhanku, sesungguhnya aku telah
menganiayai diriku sendiri kerana itu ampunilah aku. Maka Allah mengampuninya,
sesungguhnya Dialah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” Tetapi, tidak
lama kemudian orang ramai mengetahui kematian Fatun disebabkan Musa dan berita
itu turut disampaikan kepada pemimpin kanan Firaun. Akhirnya mereka mau
menangkap Musa. Karena terdesak, Musa mengambil keputusan keluar dari Mesir.
Beliau berjalan tanpa arah dan tujuan, tetapi setelah delapan hari, beliau
sampai di kota Madyan, yaitu kota Nabi Syu’aib di timur Semenanjung Sinai dan
Teluk Aqabah di selatan Palestina.
Selepas itu
Allah berfirman kepadanya: “....Wahai Musa sesungguhnya Aku Allah,
yaitu Tuhan semesta alam.”
Firman-Nya
lagi: “Dan lemparkan tongkatmu, apabila tongkat itu menjadi ular Musa
melihatnya bergerak seperti seekor ular, dia berundur tanpa menoleh. Wahai Musa
datanglah kepada-Ku, janganlah kamu takut, sungguh kamu termasuk orang yang
aman.”
Selepas itu
Allah berfirman lagi kepada Musa: “Masukkan tanganmu ke leher bajumu,
pasti keluar putih bersinar dan dakapkan kedua tanganmu ke dada kerana
ketakutan....”
Tongkat
menjadi ular dan tangan putih berseri-seri itu adalah dua mukjizat yang
dikurniakan Allah kepada Musa, ketika beliau dalam perjalanan pulang dari
Madyan ke Mesir, untuk menghadapi Firaun dan pengikutnya yang fasik. Firaun
cukup marah mengetahui kepulangan Musa yang mahu membawa ajaran lain daripada
yang diamalkan selama ini sehingga memanggil semua ahli sihir untuk mengalahkan
dua mukjizat berkenaan. Ahli sihir Firaun masing-masing mengeluarkan keajaiban,
ada antara mereka melempar tali terus menjadi ular. Namun, semua ular yang
dibawa ahli sihir itu ditelan ular besar yang berasal daripada tongkat Musa.
Firman
Allah: “Dan lemparkanlah apa yang ada di tangan kananmu, pasti ia akan
menelan apa yang mereka buat. Sesungguhnya apa yang mereka buat itu hanya tipu
daya tukang sihir dan tidak akan menang tukang sihir itu dari mana saja ia
datang.”
Semua
keajaiban ahli sihir itu ditewaskan, Musa menggunakan dua mukjizat berkenaan,
menyebabkan sebahagian daripada kalangan pengikut Firaun, termasuk isterinya
mengikuti ajaran yang dibawa Musa. Melihatkan ahli sihir dan sebahagian
pengikutnya beriman dengan ajaran Nabi Musa, Firaun marah, lalu menghukum
golongan berkenaan. Ketika isterinya sendiri diseksa hingga meninggal dunia.
Nabi Musa bersama orang beriman terpaksa melarikan diri sehingga mereka sampai
di Laut Merah. Namun, Firaun dan tenteranya yang sudah mengamuk mengejar mereka
dari belakang, tetapi semua mereka mati ditenggelamkan laut. Al-Quran menceritakan: “Dan
ingatlah ketika Kami belah laut untukmu, lalu Kami selamatkan kamu dan Kami
tenggelamkan Firaun dan pengikutnya sedang kamu sendiri menyaksikan.”
NABI MUSA
BERMUNAJAT DI BUKIT SINA
Setelah
keluar dari Mesir, Nabi Musa bersama sebahagian pengikutnya dari kalangan Bani
Israel menuju ke Bukit Sina untuk mendapatkan kitab panduan daripada Allah.
Namun, sebelum itu Musa disyaratkan berpuasa selama 30 hari pada Zulkaedah.
Ketika mau bermunajat, beliau beranggapan bau mulutnya kurang menyenangkan. Beliau
menggosok gigi dan mengunyah daun kayu, lalu perbuatannya ditegur malaikat dan
beliau diwajibkan berpuasa 10 hari lagi.Dengan itu puasa Musa genap 40 hari.
Sewaktu bermunajat, Musa berkata: “Ya Tuhanku, nampakkanlah zatMu
kepadaku supaya aku dapat melihatMu.” Allah berfirman: “Engkau
tidak akan sanggup melihatKu, tetapi coba lihat bukit itu. Jika ia tetap
berdiri tegak di tempatnya seperti sediakala, maka niscaya engkau dapat
melihatku.” Musa terus memandang ke arah bukit yang dimaksudkan itu
dan dengan tiba-tiba bukit itu hancur hingga masuk ke perut bumi, tanpa
meninggalkan bekasnya.Musa terperanjat dan gementar seluruh tubuh lalu pingsan.
KEZALIMAN
FIRAUN
Allah
memberikan banyak nikmat kepada Bani Israel, antaranya dibebaskan daripada
kezaliman Firaun, menjalani kehidupan di kawasan subur, mempunyai Taurat dan
rasul di kalangan mereka, tetapi mereka tidak bersyukur, malah memberikan
berbagai alasan. Mereka juga membelakangi wahyu Allah kepada Musa supaya
berpindah ke Palestina. Alasan diberikan kerana mereka takut menghadapi suku
Kan’an. Sikap Bani Israel yang pengecut itu menyedihkan hati Musa, lalu beliau
berdoa: “Ya Tuhanku, aku tidak menguasai selain diriku dan diri
saudaraku Harun, maka pisahkanlah kami dari orang fasik mengingkari nikmat dan
kurniaMu.”Hukuman Bani Israel yang menolak perintah itu ialah Allah
mengharamkan mereka memasuki Palestin selama 40 tahun dan selama itu mereka
berkeliaran di atas muka bumi tanpa tempat tetap.Mereka hidup dalam kebingungan
sehingga semuanya musnah. Palestina kemudian dihuni oleh generasi baru. Bani
Israel juga memperolokkan rasul mereka, yang dapat dilihat melalui kisah sapi
seperti dalam surah al-Baqarah: “Dan ingatlah ketika Musa berkata
kepada kaumnya, sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyembelih sapi betina.
Mereka berkata; apakah kamu hendak menjadikan kami bahan ejekan...”Musa
meninggal dunia ketika berusia 120 tahun, tetapi ada pendapat menyatakan
usianya 150 tahun di Bukit Nabu’, tempat diperintahkan Allah untuk melihat
tempat suci yang dijanjikan, iaitu Palestina. Tetapi beliau tidak sempat
memasukinya.
D. NABI
ISA ALAIHIS SALAM
Ibu Nabi Isa
A.S. bernama Maryam (tidak berayah atas kekuasaan Allah) dan tidak seperti
manusia biasa yang mempunyai ibu bapak. Keanehan kelahiran beliau ini adalah untuk
menjadi ujian kepada manusia, apakah manusia tidak akan percaya kepada
kekuasaan Allah. Orang yang beriman percaya atas kelahiran Isa A.S. tanpa ayah.
Roh yang ditiupkan oleh Malaikat Ruhulqudus, roh yang suci ke dalam kandungan
Siti Maryam, sehingga lahir seorang bayi laki-laki yang setelah dewasa diangkat
oleh Allah menjadi menjadi seorang rasul. Maryam adalah seorang wanita yang
salehah. Pada waktu ia gadis remaja, datanglah malaikat Jibril memberi kabar
kepadanya. Malaikat tersebut datang menyerupai manusia. la memberi kabar kepada
Maryam bahwa ia akan memperoleh seorang bayi laki-Iaki. Maryam kemudian
berkata: ''Jauhlah engkau dari sini dan aku berlindung kepada Allah
atas kejahatan yang akan terjadi dan aku takut kepada Allah."
Malaikat
menjawab, seperti yang tersebut di dalam AI Qur'an surat Maryam ayat 17 sampai
21 yang artinya:
“Dibuatnya
dinding antaranya dan antara mereka itu. Kemudian Kami utus kepadanya seorang
Malaikat fibril, lalu ia lupakan dirinya sebagai manusia yang sempurna”. (QS. Maryam:
17). Berkata Maryam: "Sesungguhnya saya berlindung kepada Tuhan
yang Penyayang dari kejahatan engkau, jika engkau orang yang takut
kepada-Nya." (QS. Maryam:18). Sahut Malaikat: "Sesungguhnya
saya seorang utusan Allah karena hendak memberi engkau anak yang bersih." (QS.
Maryam: 19). Jawab Maryam: "Bagaimana saya akan memperoleh seorang
anak, sedang seorang manusia pun tak pernah menyentuh tubuh saya dan saya bukan
pula seorang yang jahat." (QS. Maryam: 20). Berkata
Malaikat: "Demikianlah halnya. Tuhan engkau telah berfirman:
"Perkara itu amat mudah bagi-Ku, supaya Kujadikan suatu tanda kekuasaan
kepada manusia dengan rahmat-Ku. Adalah kejadian itu suatu perkara yang
diluluskan." (QS. Maryam: 21).
SITI MARYAM
MENGANDUNG
Siti Maryam
mengandung, makin lama makin besar kandungannya. GemparIah penduduk kampung
yang melihat seorang anak gadis telah hamil. Persangkaan mereka, tentulah
Maryam telah berbuat serong dengan seorang laki-Iaki. Oleh karena itu
bertubi-tubilah pertanyaan orang kepada Maryam dengan segala ejekan dan hinaan.
Bahkan ada pula di antaranya yang berkata: "Hai Maryam, bukankah orang
tuamu orang baik-baik, tetapi mengapa engkau sampai seperti itu?".
Pada waktu
kelahiran Nabi Isa A.S. sudah dekat, Siti Maryam berhijrah ke daerah lain. la
menjauh dari keluarga dan orang sekampung, karena tidak tahan mendengar
ejekan-ejekan. Dalam perjalanannya, ia berhenti di sebuah pohon tamar. Beliau
duduk merasakan sakit, saat untuk melahirkan sudah terasa. Beliau berdoa kepada
Allah supaya Allah mematikannya sebelum lahir anaknya itu, karena Maryam tidak
kuat mendengar caci maki orang-orang terhadap dirinya. Allah berfirman di dalam
AI Qur'an surat Maryam ayat 22-26:
“Maka
hamillah Maryam, lalu ia berpindah ke tempat yang jauh dari keluarganya”. (QS.
Maryam: 22). “Maka bernaunglah ia di bawah pohon tamar, sedang sakit
melahirkan anak, seraya berkata: "Aduh, hai nasibku, lebih baik aku mati
sebelum ini, tentu aku dilupakan oleh manusia selupa-lupanya.". (QS.
Maryam: 23). Maka Jibril pun menyerunya ketika itu, sedang Jibril berada di
sebelah bawahnya: "Jangan engkau berduka cita. Sesungguhnya Tuhan
engkau telah menjadikan seorang yang berpangkat tinggi (Isa A.S.) di bawah
penjagaan engkau." (QS. Maryam: 24).
“Goyangkanlah
pohon tamar itu, niscaya gugur buahnya yang masak buat engkau makan”. (QS.
Maryam: 25). “Makanlah, minumlah dan senangkanlah hati engkau! Jika
engkau lihat seorang manusia yang bertanyakan anak engkau, katakanlah:
"Sesungguhnya saya telah bernazar kepada Tuhan akan berpuasa, dan tiada
berbicara dengan manusia pada hari ini." (QS. Maryam: 26).
MARYAM
PULANG KAMPUNG SAMBI! MEMBAWA ANAKNYA
Setelah
melahirkan, Maryam membawa bayinya ke kampung halamannya. Mereka berpendapat
bahwa anak itu adalah anak hasil melacur. Mereka melontarkan kata-kata hina
terhadap Maryam sambil bertanya: "Hai Maryam, engkau telah membawa
bayi yang tak baik ke sini, sedangkan keluargamu adalah orang baik-baik. Betapa
urusanmu yang seperti ini? Tunjukkanlah kepada kami siapakah yang sebenarnya
bapa bayi itu?"
Maryam tidak
menjawab, tetapi memberi isyarat kepada anak yang sedang dipangkunya itu.
Berkata mereka: "Bagaimana kami akan berkata-kata dengan anak
masih kecil ini?" Pada saat orang sedang berkerumun itulah,
dengan kekuasaan Allah berkatalah bayi (Nabi Isa) yang berada di atas pangkuan
Maryam.
Allah
berfirman di dalam AI Qur'an surat Maryam ayat 27-34 yang artinya sebagai
berikut :
“Kemudian
itu pergilah Maryam, mambawa anaknya kepada familinya, lalu mereka berkata:
"Hai Maryam, sesungguhnya kau telah membawa sesuatu yang mungkar." (QS.
Maryam: 27)
"Hai
saudaranya Harun, bukanlah bapa engkau adalah seorang yang jahat, dan bukan
pula ibu engkau seorang perempuan pezina. Dan bagaimanakah engkau mendapat anak
ini?" (QS. Maryam: 28)
“Maka Maryam
memberi isyarat kepada anaknya (Isa), lalu mereka berkata: "Betapakah kami
akan berbicara dengan anak yang masih di dalam buaian?" (QS.
Maryam: 29).
Berkata Isa: "Sesungguhnya
aku ini seorang hamba Allah, diberikan-Nya kepadaku sebuah kitab (Injil) dan
dijadikan-Nya aku seorang Nabi." (QS. Maryam: 30)
"Dijadikan-Nya
aku seorang yang berguna kepada manusia di mana aku berada, diwasiatkan-Nya
kepadaku mengerjakan shalat dan mengeluarkan zakat, selama aku hidup” (QS.
Maryam: 31)
“Dan aku
berbakti kepada ibuku, dan tiadalah aku dijadikan-Nya seorang yang sombong dan
pendurhaka” (QS. Maryam: 32)
“Selamatlah
diriku ketika dilahirkan, dan ketika aku mati, dan ketika aku dibangkitkan
(dihidupkan) kembali." (QS. Maryam: 33)
“Itulah Isa
anak Maryam, ia berkata yang sebenarnya, yang mereka ragu-ragu tentang
kebenarannya” (QS. Maryam: 34)
NABI ISA
AKAN DIBUNUH
Sahabat-sahabat
Nabi Isa disebut kaum "Hawariyin," seperti sahabat-sahabat Nabi
Muhammad disebut kaum Anshar dan Muhajirin. Oi antara sahabat Nabi Isa ada
seorang yang murtad dan penghina, ia bernama "Yahuza" (Iskariot).
Yahuza ini juga mempunyai pengikut, yang makin lama makin bertambah banyak.
Oleh karena itu, pengikut Nabi Isa dinamai orang Nasara atau Nasrani. Di dalam
menyiarkan agama Allah, rasul selalu menemui manusia yang beriman kepada Allah,
dan yang durhaka (kafir). Orang-orang kafir itu selalu memusuhi
rasul-rasul-Nya. Musuh Nabi Isa telah bermusyawarah untuk menangkap Nabi Isa
dan akan dibunuh (disalib). Sahabatnya yang murtad itulah yang menjadi penunjuk
untuk menangkap Nabi Isa, merasa dapat menangkap nabi Isa, sebab dia adalah
orang yang terdekat dengan Nabi Isa.
DENGAN
KEKUASAAN ALLAH NABI ISA DIANGKAT KE ALAM GHAIB (MIRAJ)
Muka/wajah
sahabatnya yang murtad itu terlihat orang nampak seperti Nabi Isa A.S. Orang
munafik inilah sebenarnya yang tertangkap, bukan nabi Isa. Kekuasaan Allah
telah mampu mengangkat Nabi Isa telah ke alam ghaib (Miraj). Demikianlah
kekuasaan Allah melebihi segala-galanya, dan rencana manusia tidak semuanya
berhasil, rencana Allah itulah yang sebagus-bagus rencana. Allah berfirman
dalam AI Qur'an surat An Nisa' ayat 157 yang artinya: "Ada pun
orang-orang yang durhaka itu, tidaklah mereka membunuh dan menyalib Isa, hanya
orang yang diserupakan Allah dengan Isa lah yang tersalib."
E. NABI
MUHAMMAD SALLALLAHU ‘ALAIHI WASALLAM
Riwayat Nabi
Muhammad S.A.W bermula 14 abad yang lalu di sebuah kota kecil. Kota itu panas
dan tandus di suatu Jazirah kawasan Timur Tengah yang terkenal karena padang
pasirnya yang luas. Selain ketandusannya, wilayah itu dipenuhi dengan
para penyembah berhala, baik berhala batu maupun kayu yang tidak dapat berbuat
apa-apa. Disana juga disana terdapat sebuah bangunan berbentuk kubus
hitam yang dikelilingi oleh berhala-berhala. Tidak tanggung-tanggung, menurut
beberapa riwayat jumlah berhalanya bagaikan jumlah sudut suatu lingkaran yakni
mencapai 360 buah. Kota itu tidak begitu terkenal di masa sebelum abad ke-7
Masehi. Umumnya yang melintasi wilayah tersebut adalah para pedagang, para
petualang, dan pelarian-pelarian dari Persia maupun Rumawi. Jadi, tidak
mengherankan kalau kota kecil di Jazirah Arabia yang kelak bernama Mekkah itu
merupakan tempat dimana terjadi pertemuan berbagai jenis manusia, tempat dimana
perbuatan buruk dan haram, perampokan, pembunuhan bayi, minum-minuman keras,
dan yang memusnahkan segala kebajikan dan moral berada. Saat itu masyarakat
jazirah Arabia dalam situasi kemerosotan yang luar biasa. Zaman ketika hal itu
terjadi seringkali disebut sebagai zaman jahiliyyah atau ada pula yang
menyebutnya abad kegelapan.
KELAHIRAN BAGINDA
NABI SAW
Nabi
Muhammad S.A.W muncul disaat yang kritis dalam kehidupan umat manusia. Ia
bagaikan sebuah lentera di langit malam, bagaikan bintang yang cemerlang pada
malam yang gelap gulita. Sinarnya yang terang membuat malam menjadi terang
benderang. Namun, beliau bukan bintang yang biasa. Tapi maha bintang yang
sangat luar biasa, yang cahayanya mampu menembus lubuk hati manusia. Bahkan
matahari di siang haripun malu menampakkan sinarnya karena bintang ini adalah
maha bintang yang terlahirkan ke muka bumi, ialah cahaya dalam kegelapan, ia
adalah cahaya di dalam dada, ia dikenal dengan Nama Muhammad. Menurut
sejarawan, “Muhammad” yang artinya “dia yang terpuji” tepat terlahir di kota
Mekkah tanggal 12 Rabiul Awwal (17 Rabiul awwal menurut mazhab Syiah) 570 M
atau sering disebut tanggal 20 April 570 M dan meninggal 8 Juni 632 M di
Madinah. Namun, Cahaya Muhammad (Nur Muhammad) sebagai penerang umat manusia
tak pernah padam walaupun 14 abad telah berlalu. Riwayat hidupnya telah
diceritakan dengan jutaan kata-kata oleh para pemeluknya, maupun oleh para ahli
sejarah non-muslim (Orientalis). Baik kata-kata tertulis menjadi sebuah buku
maupun tidak tertulis.
Peristiwa
kelahiran Sang Nabi yang menjadi Rahmat bagi Semua Alam dipenuhi dengan
kejadian-kejadian yang luarbiasa. Menurut beberapa riwayat, kelahiran Nabi
Muhammad dimulai dengan peristiwa padamnya api abadi di kerajaan Persia.
Lantas, hancur juga sesembahan batu berhala di sana. Di kota Mekkah, kota
dimana Sang Nabi dilahirkan, pasukan bergajah Abrahah yang berniat
menghancurkan Kabah mengalami kehancuran. Niatnya untuk memasuki dan menguasai
kota Mekkah mengalami kegagalan karena sebab-sebab yang seringkali dikaitkan
dengan adanya burung-burung pembawa batu api. Burung-burung itu disebut burung
Thoiron Ababil yang tiba-tiba muncul. Kemunculan burung misterius itu
seolah-olah balatentara Allah S.W.T yang menghancurkan musuh-musuh-Nya. Tidak
banyak orang yang tahu apa sebenarnya burung Thoiron Ababil itu.
Karena itu,
tahun saat Nabi Muhammad S.A.W dilahirkan kemudian sering disebut tahun Gajah.
Kota Mekkah, tempat dimana Ka’bah berada, kelak di kemudian hari menjadi kiblat
bagi Umat Muhammad sampai akhir zaman. Ayah Nabi bernama Abdullah, Ibundanya
Aminah, kakeknya bernama Abdul Mutholib. Kedua orang tuanya berasal dari
silsilah yang mulia yang merupakan keturunan Nabi Ibrahim a.s. Abdullah lahir
kedunia hanya untuk membawa Nur Muhammad, Cahaya Terpuji dan
meletakkannya ke dalam rahim istrinya yaitu Aminah. Begitu riang hatinya ketika
akhirnya ia mendengar kabar rombongan dagang suaminya pulang. Tapi mendadak ia
amat terkejut, ketika rombongan kafilah dagang suaminya datang ia tidak melihat
sosok Abdullah diantara mereka. Kemudian, datanglah seseorang dari rombongan
tersebut yang menyampaikan berita duka kepada Aminah bahwa suaminya telah
meninggal. Mulutnya begitu berat untuk mengucapkan kata kata ini kepada wanita
ini. Ia tidak sanggup mengutarakannya. Namun akhirnya terucap juga bahwa sang
suami telah berpulang ke hadirat Allah Swt dan dimakamkan di Abwa.
Aminah
begitu tergoncang hatinnya mendengarkan hal ini. Ia tak sanggup menahan
tangisnya. Karena berduka, Aminah pun menangis meluapkan kesedihannya dan tidak
bernafsu makan selama beberapa hari. Seolah-olah telah hilang sebagian
semangatnya, belahan hatinya. Namun ia bermimpi, dalam mimpinya seorang wanita
datang dan berkata kepadanya agar ia menjaga bayi dalam janinnya dengan baik
baik. Ia berulang kali bermimpi bertemu dengan wanita tersebut yang ternyata
adalah Maryam binti Imran (Ibu Isa a.s). Dalam mimpinya sang wanita mulia ini
berkata :
“Kelak bayi
yang ada didalam rahimmu akan menjadi manusia paling mulia sejagat raya, maka
jagalah ia baik baik hingga kelahirannya.”
Beberapa
tahun kemudian, setelah usia Nabi yang waktu kecil menginjak 6 tahun, Aminah
ibunda Nabi Muhammad wafat juga menyusul suaminya dan dimakamkan di Abwa juga.
Muhammad dibawa pulang oleh Ummu Aiman dan diasuh oleh kakeknya Abdul Mutholib.
Tapi, belum lagi hilang duka setelah ditinggal Sang Bunda, ia pun harus
kehilangan kakeknya ketika umurnya belum lagi menginjak delapan tahun. Setelah
kepergian sang kakek, Nabi Muhammad diasuh oleh pamannya – Abu Tholib. Pemandu
umat manusia selalu saja dipilihkan oleh Allah SWT untuk memiliki pengalaman
hidup sebagai seorang gembala. Meskipun demikian, Muhammad terkenal dengan
kemuliaan rohaninya, keluhuran budi, keunggulan ahklaq dan dirinya dikenal di
masyarakat sebagai orang jujur (al-Amin). Ketika tumbuh dewasa, Ia menjadi
salah seorang kafilah dagang Khodijah yang terpercaya. Khodijah adalah seorang
janda dan sekaligus seorang saudagar wanita kota Mekkah yang disegani karena
kemuliaan akhlaknya. Kepada Nabi Muhammad S.A.W, Khodijah memberikan upah
(gaji) dua kali lipat dibandingkan yang diberikannya kepada orang lain karena
kesuksesan Muhamad sebagai pedagang yang jujur dan penuh amanah.
Suatu saat,
Nabi tiba di Mekah ketika Khodijah sedang duduk di kamar atasnya. Ia berlari
turun dan mengajak Nabi ke ruangannya. Nabi menyampaikan, dengan menyenangkan,
hal-hal menyangkut barang dagangan. Maisarah yang menjadi akuntan Khadijah
kemudian menceritakan tentang Kebesaran jiwa Al-Amin selama perjalanan dan
perdagangan. Maisarah kemudian menceritakan suatu kisah yang menarik. Katanya,
sewaktu di Busra, Al-Amin duduk di bawah pohon untuk istirahat. Ketika itu,
seorang pendeta yang sedang duduk di biaranya kebetulan melihatnya. Ia datang
seraya menanyakan namanya kepada saya, kemudian ia berkata, Orang yang duduk di
bawah naungan pohon itu adalah nabi, yang tentangnya telah saya baca banyak
kabar gembira di dalam Taurat dan Injil. Kemudian Khodijah menceritakan apa
yang didengarnya dari Maisarah kepada pamannya yaitu Waraqah bin Naufal, si
hanif dari Arabia. Waraqah mengatakan, Orang yang memiliki sifat-sifat itu
adalah nabi berbangsa Arab.
PERNIKAHAN
& BENIH-BENIH KEMULIAAN
Kebanyakan
sejarawan percaya bahwa yang menyampaikan lamaran Khadijah kepada Nabi ialah
Nafsiah binti Aliyah sebagai berikut:
“Wahai
Muhammad! Katakan terus terang, apa sesungguhnya yang menjadi penghalang bagimu
untuk memasuki kehidupan rumah tangga? Kukira usiamu sudah cukup dewasa! Apakah
anda akan menyambut dengan senang hati jika saya mengundang Anda kepada
kecantikan, kekayaan, keanggunan, dan kehormatan ?”
Nabi
menjawab, “Apa maksud Anda?”
Ia lalu
menyebut Khodijah. Nabi lalu berkata, “Apakah Khodijah siap untuk itu,
padahal dunia saya dan dunianya jauh berbeda?”
Nafsiah
berujar, “Saya mendapat kepercayaan dari dia, dan akan membuat dia setuju.
Anda perlu menetapkan tanggal perkawinan agar walinya (Amar bin Asad) dapat
mendampingi Anda beserta wali Anda, dan upacara perkawinan dan perayaan dapat
diselenggarakan”.
Kemudian
Muhammad membicarakan hal ini kepada pamannya yang mulia, Abu Tholib. Pesta
yang agung pun diselenggarakan. Sang paman yang mulia ini menyampaikan pidato,
mengaitkannya dengan puji syukur kepada Tuhan. Waraqah, paman Khodijah, tampil
dan mengatakan sambutannya. Upacara pun dilaksanakan. Mahar ditetapkan empat
puluh dinar-ada yang mengatakan dua puluh ekor unta. Nabi Muhammad sekarang
mulai dewasa, ia mempunyai seorang istri yang begitu lengkap kemuliaannya. Dari
perkawinan ini Khodijah melahirkan enam orang anak, dua putra, Qasim, dan
Abdulah, yang dipanggil At-Thayyib, dan At-Thahir. Tiga orang putrinya
masing-masing Ruqayyah, Zainab, Ummu Kaltsum, dan Fatimah. Kedua anak
laki-lakinya meninggal sebelum Muhammad diutus menjadi Rosul.
Ketika umur
Nabi mulai menginjak 35 tahun, banjir dahsyat mengalir dari gunung ke Kabah.
Akibatnya, tak satu pun rumah di Makah selamat dari kerusakan. Mekkah
kebanjiran. Dinding Kabah mengalami kerusakan. Orang Quraisy memutuskan untuk
membangun kembali Kabah tapi takut membongkarnya. Walid bin Mughirah, orang
pertama yang mengambil linggis, meruntuhkan dua pilar tempat suci tersebut. Ia
merasa takut dan gugup. Orang Mekah menanti jatuhnya sesuatu, tapi ketika
ternyata Walid tidak menjadi sasaran kemarahan berhala, mereka pun yakin bahwa
tindakannya telah mendapatkan persetujuan Dewa. Mereka semua lalu ikut
bergabung meruntuhkan bangunan itu. Pada saat pembangunan kembali Kabah, diberitahukan
pada semua pihak sebagai berikut, “Dalam pembangunan kembali Kabah, yang
dinafkahkan hanyalah kekayaan yang diperoleh secara halal. Uang yang diperoleh
lewat cara-cara haram atau melalui suap dan pemerasan, tak boleh dibelanjakan
untuk tujuan ini.” Terlihat bahwa ini adalah ajaran para Nabi, dan mereka
mengetahui tentang kekayaan yang diperoleh secara tidak halal, tetapi kenapa
mereka masih melakukan hal demikian?
Ketika
renovasi dinding Kabah telah dibangun dalam batas ketinggian tertentu, tiba
saatnya untuk pemasangan Hajar Aswad pada tempatnya. Namun, masalah mulai
muncul karena perselisihan di kalangan pemimpin suku. Masing-masing suku merasa
bahwa tidak ada suku yang lain yang pantas melakukan perbuatan yang mulia ini
kecuali sukunya sendiri. Karena hal ini, maka pekerjaan konstruksi tertunda
lima hari. Ketika masalah mencapai tahap kritis, akhirnya seorang tua yang
disegani di antara Quraisy, Abu Umayyah bin Mughirah Makhzumi, mengumpulkan
para pemimpin Quraisy seraya berkata,
“Terimalah
sebagai wasit orang pertama yang masuk melalui Pintu Shafa. (buku lain mencatat
Bab as-salam).”
Semua
menyetujui gagasan ini. Tiba-tiba Muhammad muncul dari pintu. Serempak mereka
berseru, “Itu Muhammad, al-Amin. Kita setuju ia menjadi hakim sengketa
ini!”
Untuk menyelesaikan
pertikaian itu, Nabi meminta mereka menyediakan selembar kain. Beliau
meletakkan Hajar Aswad di atas kain itu dengan tangannya sendiri, kemudian
meminta tiap orang dari empat sesepuh Mekah memegang setiap sudut kain itu.
Dengan cara itu maka batu Hajar Aswad pun diangkat bersamaan diatas selembar
kain segi empat. Gotong royong ini menjadi hikmah tersendiri bagi Muhammad yang
kelak mempersatukan suku-suku Arab. Ketika Hajar Aswad sudah diangkat ke dekat
pilar, Nabi meletakkannya pada tempatnya dengan tangannya sendiri. Dengan cara
ini, beliau berhasil mengakhiri pertikaian Quraisy yang hampir pecah menjadi
peristiwa berdarah hanya gara-gara egoisme kesukuan semata. Sejak kelahirannya,
Allah SWT telah menentukan tentang semua ini sebagai suatu pelajaran agung bagi
manusia yang dipilihNya menjadi Nabi dan Rosul Terakhir. Kesabaran yang
diabadikan di dalam Kitab suci menjadi bukti yang tak terbantahkan (simak QS
103), bahwa ia adalah manusia sempurna (al-Insan al-Kamil), dalam wujud
lahiriah (penampakan), maupun batinnya.
Kejujuran
dan kebersihan hati Nabi Muhammad SAW menyebabkan dirinya disebut Al-Amin oleh
masyarakat Mekah. Ia menjadi sosok panutan masyarakat, sebagai manusia mulia,
sebagai manifestasi wujud kejujuran mutlak. Sebelum diutus menjadi Rosullullah,
Muhammad selalu mengamati tanda-tanda kekuasaan Ilahi, kekuasaan Rabbul
‘Aalamin, Tuhan yang menciptakan, memelihara, dan mendidik semua makhluk-Nya,
baik di alam, di lingkungan sekitarnya, diantara manusia, didalam
keluarganya, didalam dirinya sendiri, dan mengkajinya secara mendalam. Terutama
mengamati keindahan, kekuasaan, dan ciptaan Allah dalam segala wujud. Beliau
selalu melakukan telaah mendalam terhadap langit, bumi dan semua isinya. Untuk
merenungkan semua itu, Muhammad mempunyai tempat istimewa sendiri yaitu di
Gunung Hira. Gunung itu puncaknya dapat dicapai kurang lebih setengah jam. Di
gua gunung Hira atau sering disebut Gua Hira ini adalah saksi atas peristiwa
menyangkut Nabi Muhammad SAW sejak awal masa dewasa Nabi. Gua Hira menjadi
saksi bisu tentang wahyu pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad yaitu
surat Al-Alaq ayat 1 sampai 5. Gua Hira seolah-olah ingin berkata, “Disinilah
dulu anak Hasyim (Nabi Muhammad SAW sering disebut sebagai anak Bani Hasyim)
itu tinggal, yang selalu kalian sebut-sebut, disinilah ia diangkat menjadi
Rosul, disinilah Al-Furqon (nama lain Al Qur’an) pertama kali dibacakan, wahai
manusia, bukankah aku telah mengatakannya, kalianlah (manusia) yang tak mau
menengarkannya, kalian menutup telinga kalian rapat-rapat, dan menertawakanku,
sedangkan sebagian dari kalian hanya menjadikan aku sebagai museum sejarah dan
saksi bisu semata.”
DIUTUS
MENJADI NABI DAN RASUL
Gua Hira tempat diturunkannya Wahyu
Ilahi Yang Maha Sakti, kalimat yang membuat iblis berputus asa untuk
menyesatkan manusia, kalimat yang dengannya alam semesta berguncang.
Pada suatu
malam di bulan Ramadhan tahun 610 Masehi, yang kelak disebut nabi Muhammad SAW
sebagai malam Lailah al-Qadr (lailatu qadar), Jibril (Ruh Al-Qudus) diutus
Allah, Tuhan Semesta Alam, Rabbul ‘Aalamin, menyampaikan kalimat-Nya kepada
Al-amin yang berada di Gua Hira. Muhammad SAW telah mempersiapkan dirinya
selama empat puluh tahun untuk memikul tugas yang maha berat ini, ia telah
menjadi manusia pembelajar secara alamiah sebelum kenabian dan kerasulan
ditetapkan padanya. Jibril datang kepadanya dengan membawa beberapa kalimat
Allah. Ialah kalimat pertama yang dikemukakan dalam Al-quran sebagai berikut
(QS 96:1-5)
“Bacalah
dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia
dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Paling Pemurah. Yang
mengajari (manusia) dengan perantaraan kalam (pena). Dia mengajarkan kepada
manusia apa yang tidak diketahuinya.”
Ayat pertama
ini merupakan perintah Allah S.W.T yang disampaikan kepada Nabi Muhammad S.A.W
melalui Malaikat Jibril untuk “Membaca” atau “Iqra”. Apa yang dibaca dan apa
maksudnya “membaca” berhubungan dengan Allah S.W.T sebagai Pencipta makhluk
atau ar-Rabb. Jadi, kalau umat Islam tidak membaca tanda-tanda (ayat-ayat)
Kekuasaan Allah SWT sebagai Pencipta makhluk berarti telah melanggar satu
perintah agung dari Allah SWT langsung. Turunnya 5 ayat surat al-‘Alaq ini
dengan tegas menyatakan tentang program atau rencana yang akan diamanatkan
kepada Nabi. Karena itu, surat ke-1 sampai ke-5 surat al-‘Alaq dengan perintah
“Iqra” atau “Baca” secara langsung menyatakan bahwa dasar-dasar kebenaran
al-Haqq bagi manusia untuk menjalani kehidupan yang benar sebagai suatu agama
yang mengikat yang nanti akan disampaikan Muhammad berhubungan dengan proses
belajar yang terus menerus tentang kehidupan dimana di dalamnya terdapat
proses atau tatacara pengkajian, pengetahuan, kebijaksanaan, dan penggunaan
pena (kalam) untuk menulis. Pena atau Qalam, yang kelak namanya menjadi salah
satyu nama surat dalam Al Qur’an yaitu suraka Al-Qalam (QS 68), karena itu
pengertiannya sangat penting bagi Umat Islam.
Muhammad,
pembawa berita bahagia, merupakan manusia teladan sepanjang masa, ia adalah
manusia dalam wujud dimana asma-asama, sifat-sifat, dan perbuatan Ilahiah
dinyatakan sebagai suatu adab dan akhlak bagi manusia sebagai makhluk berpikir,
bukan binatang tanpa akal, Ia adalah utusan Tuhan yang kepadanya ummat manusia
memohonkan syafaat. Tidak satupun mahkluk yang mencapai kesempurnaan yang dapat
dicapai Muhammad dengan kehambaannya dihadapan Allah SWT bukan dengan
kesombongan yang dapat menabiri kemuliaan wujud manusianya. Sejak kecil ia
telah memperlihatkan ketulusan, kejujuran, manusia yang seumur hidupnya tidak
pernah berbohong, yang tidak pernah menghianati janji, dan sayang kepada kaum
yang miskin, lemah dan papa. Ia bagaikan raja bagi kaum dhuafa maupun bagi para
penguasa dunia, dan ditakuti para dajjal yang matahatinya buta. Malaikat
Jibril menyelesaikan tugasnya menyampaikan wahyu pertama itu, dan Muhammad pun
turun dari Gua Hira menuju rumah Khodijah dengan rasa takut amat sangat.
Tubuhnya masih menggigil ketakutan ketika sampai di rumah dan di sambut dengan
istrinya Khadijah. Namun, saat itu Jiwa agung Nabi Muhammad telah disinari
cahaya wahyu. Beliau merekam di hatinya apa yang didengarnya dari malaikat
Jibril. Setelah kejadian ini, Jibril menyapanya, “Wahai Muhammad! Engkau
Rosul Allah dan akulah Jibril.”
Muhammad
menerima kalimat Ilahi secara bertahap, secara berangsur-angsur. Fakta sejarah
mengakui bahwa di antara wanita, Khodijah adalah wanita yang pertama memeluk
Islam, dan pria pertama yang memeluk Islam adalah syayidina Ali Karamallahu
Wajhah. Suatu saat, ketika dirasakan waktunya tiba untuk mengungkapkan siapa dirinya,
Muhammad mengadakan perjamuan makan dengan kerabatnya. Selesai makan, beliau
berpaling kepada para sesepuh keluarganya dan memulai pembicaraan dengan memuji
Allah dan memaklumkan keesaan-Nya. Lalu beliau berkata, “Sesungguhnya, pemandu
suatu kaum tak pernah berdusta kepada kaumnya. Saya bersumpah demi Allah yang
tak ada sekutu bagi-Nya bahwa saya diutus oleh Dia sebagai Rosul-Nya, khususnya
kepada Anda sekalian dan umumnya kepada seluruh penghuni dunia. Saya membawakan
kepada Anda rahmat dunia maupun Akhirat. Tuhan saya memerintahkan kepada saya
untuk mengajak Anda kepada-Nya. Siapakah diantara Anda sekalian yang akan
menjadi pendukung saya sehingga ia akan menjadi saudara, washi (penerima
wasiat), dan khalifah (pengganti) saya?.”
Ketika
pidato Nabi mencapai titik ini, semua terpaku, sel-sel kelabu otak
masing-masing yang hadir mendadak membeku, kebisuan total melanda pertemuan
itu. Ali, remaja berusia lima belas tahun, memecahkan kebisuan itu. Ia bangkit
seraya berkata dengan mantap, “Wahai Nabi Allah, saya siap mendukung
Anda.” Nabi menyuruhnya duduk. Nabi mengulang tiga kali ucapannya,
tapi tak ada yang menyambut kecuali Ali yang terus melontarkan jawaban yang
sama. Beliau lalu berpaling kepada kerabatnya seraya berkata, “Pemuda ini
adalah saudara, washi, dan khalifah saya diantara kalian. Dengarkanlah
kata-katanya dan ikuti dia”. Ali kemudian sering disebut Karamallahu Wajhah
(KWJ) yang maksudnya seseorang yang tidak pernah menyembah berhala ataupun
memakan makanan dari hasil untuk sesembahan berhala. Peristiwa diatas
membuktikan heroisme spiritual dan kebenaran Ali tanpa keraguan. Setelah
berdakwah kepada kaum kerabatnya, Nabi berdakwah terang-terangan kepada kaum
Quraisy. Muhammad, berbekal kesabaran, keyakinan, kegigihan, dan keuletan dalam
berdakwah terus-menerus dan tidak menghiraukan orang-orang musyrik yang terus
mencemoohnya, menghardiknya, mengejeknya bahkan suatu ketika memuncak menjadi
ingin membunuhnya. Pasukan musyrik Quraisy kehabisan akal untuk menghancurkan
Muhammad. Mereka melakukan propaganda anti Muhammad, diantaranya mereka
memfitnah Nabi, bersikeras menjuluki Nabi Gila, larangan mendengarkan Al-Quran,
menghalangi orang masuk Islam, sehingga Allah mengabadikan perkataan
orang-orang keji ini dan menunjukkan sesatnya perkataan mereka, dalam Al-Quran
Allah berfirman :
“Demikianlah,
tiada seorang rosul pun yang datang kepada orang-orang yang sebelum mereka
selain mengatakan,Ia adalah seorang tukang sihir atau orang gila. Apakah mereka
saling berpesan tentang apa yang dikatakan itu ? Sebenarnya mereka adalah kaum
yang melampaui batas.”
Pada tahun
yang sama, paman Rosul (Abu Tholib) meninggal dunia, yang sekaligus sebagai
pelindung dakwa Muhammad. Sungguh Nabi mengalami kesedihan yang amat berat.
Beliau kehilangan Khodijah, dan juga pamannya yang menjadi pelindung, dan
pembelanya. Itu sebabnya, maka tahun ini dinamakan Am Al-Huzn (Tahun Duka
cita). Setelah wafatnya Abu Tholib kaum Kafir Quraisy semakin berani menganggu
Muhammad. Akhirnya Muhammad berhijrah ke Yastrib. Peristiwa hijrahnya Nabi ke
Yastrib merupakan momen awal dari lahirnya Umat Islam yang lebih terorganisir.
Penduduk Yastrib bersedia memikul tanggung jawab bagi keselamatan Nabi. Di
bulan Robiul Awwal tahun ini, saat hijrahnya Nabi terjadi, tak ada seorang
muslim pun yang tertinggal di Mekah kecuali Nabi, Ali dan Abu Bakar, dan
segelintir orang yang ditahan Quraisy atau karena sakit, dan lanjut usia. Kaum
Quraisy yang berada di Mekah akhirnya membuat kesepakatan untuk membunuh
Muhammad di malam hari. Masing-masing suku mempunyai wakil, sehingga Bani
Hasyim tidak dapat menuntut balas atas kematian Muhammad. Mereka mengira
Muhammad dapat dihancurkan hanya dengan cara seperti ini, seperti urusan
duniawi mereka. Jibril datang memberitahu Nabi tentang rencana kejam kaum kafir
itu. Al-Quran merujuk pada kejadian itu dengan kata-kata,
“Dan
[ingatlah] ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu
untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu atau mengusirmu. Mereka
memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah
sebaik-baik Pembalas tipu daya.”
Ali
berbaring melewati cobaan yang mengerikan demi keselamatan Islam menggantikan
Nabi, sejak sore. Ia bukan orang tua yang lanjut usia, tapi seorang anak muda
yang begitu berani mengorbankan nyawanya untuk sang Nabi, ia, yang bersama
Khodijah adalah orang yang pertama-tama beriman kepada Nabi, dialah orang yang
rela berkorban untuk Nabi. Kepada Ali Nabi berkata, “Tidurlah di ranjang
saya malam ini dan tutupi tubuh Anda dengan selimut hijau yang biasa saya
gunakan, karena musuh telah bersekongkol membunuh saya. Saya harus berhijrah ke
Yastrib.”
HIJRAH
Dalam
pengungsian, Nabi Muhammad tiba di Quba tanggal 12 Rabiul Awwal, dan tinggal di
rumah Ummu Kultsum ibn al-Hadam. Sejumlah kaum Muhajirin dan Ansor sedang
menunggu kedatangan Nabi. Beliau tinggal di situ sampai akhir pekan. Sebagian
orang mendesak agar beliau segera berangkat ke Madinah, tetapi beliau menunggu
kedatangan Ali. Orang Quraisy mengetahui hijrahnya Ali dan rombongannya
diantaranya ialah Fatimah, puteri Nabi, Fatimah binti Asad dan Fatimah binti
Hamzah bin Abdul Mutholib karena itu, mereka memburunya dan berhadap-hadapan
dengan dia di daerah Zajnan. Perselisihan pun terjadi dan Ali berkata “Barangsiapa
menghendaki tubuhnya terpotong-potong dan darahnya tumpah, majulah!” Tanda
marah nampak di wajahnya. Orang-orang Quraisy yang merasa bahwa masalah telah
menjadi serius, mengambil sikap damai dan berbalik pulang. Ketika Ali tiba di
Quba, kakinya berdarah, dikarenakan menempuh perjalanan Makkah-Madinah dengan
berjalan kaki. Nabi dikabari bahwa Ali telah tiba tapi tak mampu menghadap
beliau. Segera nabi ke tempat Ali lalu merangkulnya. Ketika melihat kaki Ali
membengkak, air mata Nabi menetes haru. Penduduk Yastrib yang kemudian berganti
menjadi nama Madinah – menyambut kedatangan Nabi. Mereka mengucapkan berbagai
macam syair untuk menyambut manusia mulia ini. Disinilah manifestasi sebuah
kekhalifan Islam pertama kali didirikan.
Pada perang
Badar al-washi (Ali) dan Hamzah tampil menghadapi pemberani kafir Quraisy,
dalam sepucuk suratnya kepada Muawiyah, Ali mengingatkannya dalam
kata-kata “Pedang saya yang saya gunakan untuk membereskan kakek anda
dari pihak ibu (Utbah, ayah dari Hindun Ibu Muawiyah), paman anda dari pihak
Ibu (Walid bin Uthbah) dan saudara Anda (Hanzalah) masih ada pada saya”.
Pada perang
Uhud Nabi dan lagi-lagi Hamzah dan Ali tidak pernah absen. Saat itu Ali adalah
pembawa panji dalam setiap peperangan. Nabi mengungkapkan “Nilai
pukulan Ali pada perang Khandaq (parit) disebut juga dengan Ahzab kepada Amar
bin Abdiwad itu. Nilai pengorbanan itu melebihi segala perbuatan baik para
pengikutku, karena sebagai akibat kekalahan jagoan kafir terbesar itu kaum
Muslim menjadi terhormat dan kaum kafir menjadi aib dan terhina”.
BENTENG
KHAIBAR
Peperangan
Khaibar terjadi pada tahun 629 antara Nabi Muhammad dan pengikutnya dengan
orang-orang Yahudi yang tinggal di oasis Khaibar, sejauh 150 kilometer dari
Madinah di bagian timur laut semenanjung Arab. Pertempuran ini berakhir dengan
kemenangan orang Islam. Perang Khaibar terjadi tidak lama selepas Perjanjian
Hudaibiyah. Rasulullah memimpin sendiri ekspedisi ketenteraan menuju Khaibar,
daerah sejauh tiga hari perjalanan dari Madinah. Khaibar adalah daerah subur
yang menjadi benteng utama Yahudi di jazirah Arab, terutamanya setelah Yahudi
di Madinah ditaklukkan oleh Rasulullah. Pada perang Khaibar (sekitar 629
Masehi) ketika semangat kaum muslim mengendur dan merasa tidak mampu untuk
menghancurkan benteng Khaibar, orang-orang menunggu dengan gelisah dan
ketakutan, karena sebelumnya Abu Bakar dan Umar tidak ada yang mampu
menghancurkan benteng, bahkan Umar memuji keberanian pemimpin benteng, Marhab,
yang luar biasa. Kebisuan orang-orang sedang menunggu dengan gelisah dipecahkan
oleh kata-kata Nabi, “Dimanakah Ali?” Dikabarkan kepada beliau
bahwa Ali menderita sakit mata dan sedang beristirahat di suatu pojok. Nabi
bersabda, “Panggil dia”. Ali diangkut dengan unta dan diturunkan di
depan kemah Nabi. Pernyataan ini menunjukkan sakit matanya demikian serius sampai
tak mampu berjalan. Nabi menggosokkan tangannya ke mata Ali seraya
mendoakannya. Mata Ali langsung sembuh dan tak pernah sakit lagi sepanjang
hidupnya. Nabi memerintahkan Ali maju, menurut riwayat pintu benteng Khaibar
itu terbuat dari batu, panjangnya 60 inci, dan lebarnya 30 inci.
FATH MAKKAH
Tahun
kedelapan Hijrah, perjanjian Hudaibiyah dikhianati oleh orang-orang Quraisy
mekah, Nabi segera mengeluarkan perintah kesiagaan umum. Beliau siapkan pasukan
besar yang belum pernah disaksikan kehebatannya selama ini. Ketika pasukan
telah lengkap dan siap bergerak, Nabi pun menyampaikan bahwa sasarannya adalah
Mekah. Pasukan bergerak laksana migrasi kawanan burung menuju arah selatan.
Nabi memerintahkan kepada pasukannya yang berjumlah 10.000 orang untuk membagi
diri, dan menyalakan api unggun di malam hari agar pasukan musuh melihat betapa
besar pasukan musuh tersebut. Di dekat kuburan Abu Tholib dan Khodijah yang
terletak di punggung Mekah, kaum muslimin membuat kubah untuk Nabi. Dari kubah
inilah Nabi mengamati dengan cermat arus pasukan Islam yang masuk ke kota dari
empat penjuru.
Mekkah…
Membisu di depan Nabi dan pendukungnya. Ya Mekkah membisu dan tidak lagi
menyerukan teriakan Firaun-firaun, digantikan hiruk pikuk suara 10.000 prajurit
Muslim yang menggema yang seakan-akan sedang menunggu kedatangan sahabatnya.
Gua itu menatap kepada orang yang dulu berada dalam perutnya dalam keadaan
terusir yang kini telah berdiri tegap dengan gagah dan dikelilingi puluhan ribu
pengikut dan pembelanya. Nabi memasuki Mekkah dan bertawaf, menghancurkan
berhala-berhala bersama al-Washi, tidak ada darah yang tertumpah. Orang-orang
Quraisy yang berada di Makkah menunggu bibir Muhammad berucap tentang mereka,
apakah yang akan terjadi pada mereka, namun bibir itu begitu mulia untuk
menjatuhkan hukuman, ia memberikan kepada mereka yang telah memeranginya
pengampunan dan beliau berkata … Pergilah, Anda semua adalah orang-orang yang
dibebaskan!
Pasukan
Islam kembali memenangkan pertempuran, peran individual Muhammad dalam menyampaikan
risalah agungnya telah selesai, dan kini tidak bisa tidak di harus melihat
pasukannya, untuk kesekian kalinya, mengingat dan mengenang kembali pelajaran
yang telah diberikannya selama dua puluh tiga tahun, agar di bisa mengevaluasi
dan menelitinya kembali. Nabi Muhammad SAW merupakan utusan Allah yang
terakhir. Beliau bagaikan baju terbaik yang pertama kali dibuat oleh Allah SWT
yang akan dipakai terakhir kali yaitu sebagai Utusan Allah yang terakhir dan
terbaik. Dalam mengemban misi dakwahnya, umat Islam percaya bahwa Muhammad
diutus Allah untuk menjadi Nabi bagi seluruh umat manusia (QS. 34 : 28),
sedangkan nabi dan rasul sebelumnya hanya diutus untuk umatnya masing-masing
(QS 10:47, 23:44) seperti halnya Nabi Musa yang diutus Allah kepada kaum Bani Israil.
Sedangkan persamaannya dengan nabi dan rasul sebelumnya ialah sama-sama
mengajarkan Tauhid, yaitu kesaksian bahwa Tuhan yang berhak disembah atau
diibadahi itu hanyalah Allah (QS 21:25).
HAJI WADA
Suasana haji wada
Tahun
kesebelas Hijrah, haji pertama Nabi dan kaum Muslimin tanpa ada seorang musrik
pun yang ikut didalamnya, untuk pertama kalinya pula, lebih dari 10.000 orang
berkumpul di Madinah dan sekitarnya, menyertai Nabi melakukan perjalanan ke
Makkah, dan .. sekaligus inilah haji terakhir yang dilakukan oleh Nabi.
Rombongan haji meninggalkan Madinah tanggal 25 Dzulqadah , Nabi disertai semua
isterinya, menginap satu malam di Dzi Al-Hulaifah, kemudian melakukan Ihram
sepanjang Subuh, dan mulai bergerak… seluruh padang terisi gema suara mereka
yang mengucapkan, “
“Labbaik,
Allahumma labaik… Labbaik, la syarika laka, ! Aku datang memenuhi panggilanmu,
Allahumma, ya Allah, aku datang memenuhi panggilan-Mu. Tiada sekutu
bagi-Mu…Labbaik, aku datang memenuhi panggilan-Mu. Segala puji, kenikmatan, dan
kemaharajaan, hanya bagi-Mu. Tiada sekutu bagi-Mu… Labbaik, aku datang memenuhi
panggilan-Mu…Langit. “
Nabi memang
berjalan kaki bersama umatnya. Sejarah memang mendengar bahwa penguasa itu
berada di tengah-tengah pasukan itu, tapi ketika dicari-carinya, dia tak bisa
menemukannya. Rombongan itu masuk Mekah 4 Dzulhijjah, disitu telah berkumpul
Allah, Ibrahim, Kabah dan Muhammad. Dia juga ingin memperlihatkan kepada
Ibrahim, bahwa karya besarnya, kita sudah diantarkan kepada Maksud. Matahari
tepat di tengah siang hari itu. Seakan-akan ia menumpahkan seluruh cahayannya
yang memakar ke atas kepala semua orang. Nabi berdiri di depan lebih dari
100.000 orang. Laki-laki dan perempuan yang mengelilinginya. Nabi memulai
pidatonya, Rosulullah berkata,”Tahukah kalian, bulan apa ini”?
Mereka
serentak menjawab, “Bulan Haram”!
…Ayyuhan
Nas, camkan baik-baik perkataanku. Sebab, aku tidak tahu, mungkin aku tidak
lagi akan bertemu dengan kalian sesudah tahun ini, di tempat ini, untuk
selama-lamanya… Ayyuhan Nas, sesungguhnya darah dan hartamu adalah haram bagimu
hingga kalian menemui Tuhanmu sebagaimana diharamkannya hari dan bulanmu ini.
Sesudah itu, kamu sekalian akan menemui Tuhanmu dan ditanya tentang
amal-amalmu. Sungguh, aku telah sampaikan hal ini. Maka, barangsiapa yang masih
mempunyai amanat, hendaknya segera disampaikan kepada orang yang berhak
menerimanya…..
Rasul
kembali meminta untanya, Al-Qashwa. Ia berjalan menuju ke tengah wadi di daerah
'Urana-Arafah. Dari atas untanya itu, Rasul menyerukan khutbahnya yang terkenal
tersebut. Kata-katanya sangat jelas. Pada setiap kalimat, Muhammad berhenti
sejenak. Rabi'a bin Umayya, mengulang kata-kata itu, dengan suara lantang
sehingga isi khutbah didengar oleh semua jamaah. Muhammad menutup khutbahnya
dengan berkata: "Ya Allah, sudah kusampaikan!"Serentak
jamaah pun menjawab: "Benar". Lalu Muhammad
menambahkannya: "Ya Allah, saksikan ini."
Rasul pun
turun dari untanya. Ia terus di sana sampai waktu sembahyang dzuhur dan asar.
Setelah itu, ia menaiki untanya kembali menuju Sakharat. Di sana, Muhammad
membacakan firman Allah, Surat Al-Maidah ayat 3: "Hari ini,
Kusempurnakan bagimu semua agamamu ini, dan Kucukupkan nikmat-Ku padamu, serta
Kuridhoi Islam sebagai agamamu."
Abu Bakar
menangis mendengar ayat tersebut. Inilah isyarat bahwa risalah Rasul telah
tuntas. Malam itu, Rasul meninggalkan Arafah dan menginap di Muzdalifa. Pagi
hari ia turun ke Masyaril Haram, kemudian ke Mina untuk melemparkan kerikil ke
Jumrah. Di kemah, Rasulullah menyembelih 63 ekor unta -jumlah yang sebanyak
tahun usianya. Muhammad kemudian mencukur rambutnya, mengakhiri ibadah haji
ini. Satu-satunya ibadah haji besar yang dilakukannya.
BAB III
PENUTUP
I.
Kasimpulan
Dari sekian ulasan yang telah kami buat dapat kami simpulkan bahwa setiap
nabi utusan Allah adalah manusia yang begitu indah ketabahan dan kesabarannya
dan Semoga kita semua bisa mengambil hikmah dari kisah teladan mereka,
Amin.
DAFTAR PUSTAKA
www.masuk-islam.com
http://aciesneutron.blogspot.com
http://referensimakalah.com
http://soft-technick.blogspot.com
www.suaratauhid.com
http://harmoni-my.org
buku akidah akhlak kelas 10 madrasah aliyah
http://jayussimeulue.blogspot.co.id
http://soft-technick.blogspot.com
www.suaratauhid.com
http://harmoni-my.org
buku akidah akhlak kelas 10 madrasah aliyah
http://jayussimeulue.blogspot.co.id
Komentar
Posting Komentar